Sabtu, 21 Mei 2011

RETARDASI MENTAL

Guru bingung ketika menangani anak atau murid dengan gangguan perkembangan merata di semua aspek?wajar, karena tidak jarang orangtuanya sendiri bingung dan hampir putus asa. Idealnya anak dibawa ke klinik tumbuh kembang anak. Ketika mendapat rujukan harus test IQ, ada apakah ini? Result bisa bervariasi tapi kasus orangtua menolak diagnosis klinik itu sudah bukan hal aneh. Penerimaan mungkin tidak akan begitu rumit ketika anaknya didiagnosis adalah high functioning, disleksia atau ADHD. Tapi kesedihan dan keraguan seringkali jadi bagian sesi pembahasan hasil pemeriksaan jika resultnya adalah MR. kelapangan dalam hati kita harus tetap ada, karena dari situlah akan muncul harapan dan kemampuan untuk melihat hikmah dari berbagai sisi positif.

Beberapa guru termasuk beruntung tidak mengalami fase "ragu" karena mendampingi langsung proses test dan menjadi fasilitator ngeprom muridnya menjalani tes griffith, akan banyak kesesuaian antara progres di sekolah dengan hasil pemeriksaan. Ketika klinik mengeluarkan result "Retardasi Mental" maka kita yang sehari-hari berinteraksi dengan ABK akan mendapatkan puzzle kunci dari sejumlah teka-teki gejala global delay yang diperlihatkan anak. Tapi bagaimana dengan orangtua yang tidak punya pengetahuan tentang itu? atau guru yang belum terdidik secara teoritis maupun praktis tentang jenis-jenis gangguan perkembangan? Baiklah, mari kampanyekan deteksi dini pemeriksaan gangguan perkembangan anak, karena dari deteksi dini akan lahir penanganan yang lebih efektif daripada setelah anak kepalang tumbuh lebih besar dalam penanganan keliru.

Browsing beberapa page MERCK dan CEC, ini beberapa informasi mendasar tentang Mental Retardasi (MR). Saya coba terjemahkan secara bebas (nggak pake google), bismillah.

MR bukanlah kelainan medis yg spesifik seperti pneumonia atau radang tenggorokan, dan juga bukan gangguan kesehatan mental. Penyandang MR adalah orang yang memiliki fungsi intelektual dibawah rata-rata, kondisi ini membatasi kemampuan mereka dalam memenuhi/melakukan sejumlah aktifitas dalah kehidupan sehari-hari. Diantaranya adalah keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi, membuat keputusan, bergaul, bersekolah, bekerja, dan kewaspadaan terhadap keselamatan diri.
American Association on Mental Retardation (AAMR) pada tahun 2002 mendefinisikan mental retardation dalam AAMR reference manual on definition and terminology (Luckasson, Borthwick-Duffy, Buntinx, Coulter, Craig, Reeve, dkk) sebagai berikut:
Mental retardation is a disability characterized by significant limitations both in intellectual functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social, and practical adaptive skills.
Dengan demikian, penyandang Mental retardasi adalah orang yang memperlihatkan dua ciri utama:
1.       Keterbatasan intelligensi
2.       Keterbatasan adaptive behavior

Di beberapa negara, istilah “Mental Retardasi” (MR) telah memicu stigma sosial yang tidak nyaman, karena itu sebagian dokter dan praktisi kesehatan kini mulai mengganti istilah itu dengan “intellectual disability” (ID).
Para penyandang MR ini bervariasi tingkat keterbatasannya. Dokter mengklasifikasi kemampuan intelektual mereka berdasarkan hasil test developmental quotient (DQ) dan  intelligence quotient (IQ), atau berdasarkan tingkat support/dukungan yang dibutuhkan. Support untuk penyandang MR dapat dikategorikan menjadi sbb:
1.     intermittent, support minimal dan hanya pada waktu-waktu tertentu saja;  
2.     limited, semisal program pendidikan satu hari di sebuah workshop;
3.     extensive, program harian semisal program rawat jalan;
4.     pervasive. support penuh untuk semua aktivitas dalam kehidupan sehari-hari
Jika dilihat berdasarkan rata-rata tingkat IQ manusia, maka diprediksi sekitar 3% dari total populasi manusia adalah penyandang MR. Namun jika dilihat berdasarkan tingkat kebutuhan mereka akan bantuan, maka hanya sekitar 1% saja yang dianggap mengalami keterbelakangan kognitif.
Tingkatan MR
Level
Rentang IQ
Kemampuan pra-sekolah (0 sampai 6 tahun)
Kemampuan usia sekolah (6 sampai 20 tahun)
Kemampuan usia dewasa (21 sampai tua)
Mild
52-69
Dapat belajar social and communication skills; koordinasi motorik sedikit terganggu; sering tidak didiagnosa sampai usia sekolah
Akademis maksimal sampai kelas 6 dengan sejumlah pengulangan kelas; dapat mengembangkan social skills secara terbatas
Mampu mempelajari social and vocational skills untuk self-support; membutuhkan bimbingan menjalani kehidupan sosial dan ekonomi
Moderate
36-51
Dapat bicara dan belajar berkomunikasi; social awareness rendah; koordinasi motorik pas-pasan; membutuhkan training self-help
sebagian social and occupational skills; akademis sampai naik ke SD saja; dapat diajari jalan-jalan di tempat familiar
Membutuhkan pekerjaan tanpa keterampilan tertentu, dalam seting yg dikondisikan; butuh bimbingan menjalani social dan ekonomi
Severe
20-35
Dapat mengucapkan beberapa kata; dapat belajar beberapa keterampilan self-help; speech skills terbatas; koordinasi gerak sangat rendah
Dapat bicara dan belajar komunikasi; dapat diajari pola sederhana hidup sehat; butuh terapi perilaku
Sedikit kemampuan merawat diri, butuh pengawasan ketat; dapat mengembangkan sedikit self-protection skills pada lingkungan terondisikan
Profound
19 ke bawah
Kognitif dan koordinasi motorik sangat terbatas;
Beberapa koordinasi motorik; communication skills terbatas
self-care sangat terbatas; biasanya masih butuh nursing care
Mereka ada di sekitar kita, baca referensi lengkapnya di situs MERCK dan di situs CEC, ayo kampanyekan deteksi dini untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

0 komentar:

Posting Komentar