Sabtu, 18 Agustus 2001

TEMBOK KELAS

"Ayo ibu dan bapak guru! ini pertanyaannya, coba pejamkan mata dan bayangkan diri anda 5 tahun ke depan."
Sebuah pertanyaan yang klise tapi menyentak, setiap bertemu pertanyaan itu biasanya diikuti terjadi perubahan besar dalam ketenangan hidup, akan semakin menukik tajam atau malah semakin menanjak terjal. 15 tahun ini berjalan dan masih satu gambar yang sama ketika mata dipejamkan untuk menjawab pertanyaan itu, yaitu berada di sebuah lingkungan pendidikan dan memimpin anak-anak.

Sejak kapan mulanya? entah, sangat personal, seakan sejak awal sudah mengalir dalam darah. Digali lebih jauh kenangan masa kecil dan jadi teringat almarhumah, bu Amah wali kelas semasa SD kelas 1 tahun 1998. Teman-teman di kelas waktu itu sangat nakal terutama setiap pelajaran mengarang karena mereka anggap membosankan, padahal sangat menyenangkan karena kita sering menuliskan cerita tentang diri kita di masa depan. Anak ini selalu mendapat nilai paling besar dalam mengarang dan cita-cita, bu Amah sering membaca karangannya dengan wajah yang menyenangkan, anak yang tanpa sadar selalu memilih tema yang sama, menjadi guru. Mengalir begitu saja, ringan seringan menarik dan mengeluarkan nafas.

21 Juli 2011, adakah bedanya? masih diminta membayangkan masa yang akan datang, tapi kali ini konteks pertanyaannya sudah sangat spesifik, yaitu diminta membayangkan kegiatan kita yang notabene sebagai guru, dan kali ini tidak usah diucapkan di lisan tapi diceritakan dalam goresan gambar di kertas putih. Dan mulailah pulpen menari di kertas putih, memaksa fikiran mengawang-ngawang mengusir jauh si logis idealis dan si detil perencanaan yang selalu menghambat kreatifitas.

Ini dia, sketsa lapisan dasarnya adalah seorang guru di sebuah tempat yang hijau segar luas cerah bebas. Lalu tiba2 pulpen menarikan coretan lapisan sketsa diatasnya adalah gambar bertebaran mainan. Satu kali menghela nafas lalu pulpen menarikan lapisan terakhirnya, adalah papan tulis, karpet, kursi, meja, dan... tembok. tembok? ya, tembok aneh transparan yang terlihat sangat kontras dengan gambar lainnya.

Sisa waktu masih ada beberapa menit tapi pulpen mematung menolak menari. Mata hanya menatap gambar itu sampai waktunya habis, berusaha menafsir. Satu persatu guru mendapat giliran sharing menceritakan gambarnya, giliran sudah semakin mendekat, ratusan wajah murid berkelebat cepat, beberapa saat sebelum giliran sharing tiba lalu barulah keluar kalimat ini:

"GURU MASUK KE KELAS ADALAH DUNIA MASUK KE KELAS. IA MEMBEBASKAN HATI DAN FIKIRAN ANAK DARI BATAS-BATAS TEMBOK YANG MENGELILINGI MEREKA DI KELAS."